Senin, 19 Maret 2012

The Independent Media for Indie Music

The New Independent Media for Indie Music Youth , Media and Parcipation
Oleh : Nindya Raras

Sebuah perubahan besar telah terjadi di industri musik dunia. Setelah teknologi mengubah lagu menjadi digital yaitu dari kaset menjadi CD, orang dengan bebas mengkopi lagu, mengunduh ataupun berbagi dengan menggunakan sistem bluetooth. Para musisi merasa fenomena yang terjadi ini adalah petaka bagi perkembangan kariernya. Banyaknya penurunan pembelian CD, dan menjamurnya produk bajakan membuat perusahaan label pun kini mengantisipasi dengan mengambil ceruk bisnis yang lebih luas, tidak hanya mengurusi rekaman, distribusi lagu dan promosi namun juga pendirian menejemen artis. Keuntungannya adalah tidak hanya diperoleh dari penjualan CD, namun juga melalui pertunjukan langsung di Televisi maupun pada acara-acara musik. Begitu banyak menejemen artis kini tumbuh di Indonesia, yang terikat dengan label, maupun yang berdiri sendiri, contohnya saja Republik Cinta Ahmad Dhani, Pangeran Cinta, oleh Charlie ST12 dan masih banyak lainnya. Berbekal pengalaman dan popularitas pendirinya, mereka mengorbitkan artis-artis baru. Seperti apa artis yang diorbitkan, itu kembali pada kebijakan perusahaan, berkaitan dengan perjanjian bisnis dan selera yang penilainnya dipegang oleh label atau menejemen artis tersebut.

Sebenarnya bahasan mengenai label yang dianggap melakukan hegemoni di industri musik sudah ada sejak dulu, hingga muncul sistem indie music atau musik independent yang tumbuh tidak melalui mayor label. Dalam bentukan indie, musisi tidak perlu harus lolos kualifikasi yang standartnya adalah penilaian pihak perusahaan label. Para indie memiliki komunitasnya sendiri yaitu penggemar aliran musik yang sama. Berbicara mengenai komunitas, hal inilah yang bisa dipetik dari keunggulan indie. Mereka memiliki komunitasnya sendiri. Lalu apakah digitalisasi musik mengancam mereka? Jawabanya adalah sebaliknya. Justru berbagi secara digital merupakan sistem yang memudahkan komunitas untuk lebih solid, lebih berinteraksi, bahkan memperluas jaringannya.

Sampai kapan harus menunggu?

Sering rasanya menjumpai seorang teman yang bercita-cita menjadi musisi sukses dan terkenal. Banyak dari mereka harus berkeliling mengirimkan demo ke mayor label dan berharap kelak diantara ratusan keping CD yang tertumpuk disana, karyanya bisa didengar oleh produser. Bila beruntung, produser akan jatuh hati pada karyanya, lalu mau melakukan proses rekaman dan mempromosikan untuk menjadi musisi profesional dan terkenal. Tentunya dengan berbagai perjanjian tertentu dalam hal pembagian hasil penjualan album CD. Cara yang lain adalah memiliki cukup modal, kemudian membayar label sebagai pihak untuk mendistribusikan demo lagu ke radio-radio. Sampai di radio, Music Director (Direktur Musik) akan memilih dan menentukan lagu manakah yang paling tepat untuk diputarkan. Seorang MD akan memilih lagu yang sesuai dengan segmentasi radio, selera pendengar dan juga beberapa pertimbangan khusus. Maka dari itu dalam tahapan ini ada kemungkinan demo lagu tersebut tidak jadi diputar, kecuali bila pihak label telah memiliki kerjasama khusus dengan radio, lagu akan diputar sebanyak perjanjian yang sudah ditetapkan. Jadi, ada biaya yang dikeluarkan oleh label demi diputarnya lagu di radio. Bila harus membayar tentu memerlukan biaya yang lebih besar untuk sistem titip edar. Lalu bila segala upaya yang dijalankan melalui “jalurnya” sudah tidak lagi memberikan peluang bagi musisi apalagi yang harus dilakukan? Sampai kapan menunggu jawaban?
Menggunakan semangat indie.
Menjadi independent adalah esensi dari pemberian nama indie kepada musisi atau band, atau musik itu sendiri.Pada mulanya, istilah musik independent atau yang dikenal sebagai musik indie digunakan untuk menggambarkan kemerdekaan musik dari mayor label. Kelompok ini sebagian besar otonom. Orang-orang dari kelas indie yang melakukan segala hal bagi dirinya sendiri. Contohnya dalam proses rekaman, publikasi dan pertunjukan. Kelompok indie biasanya tidak tertarik untuk meminta bantuan nama-nama besar dari industri musik.
Sejarah pergerakan musik indie terekam pada tahun-tahun 1960an. Formatnya Pop, Rock,dan sedikit R & B. Lirik dari lagu-lagu ini terinspirasi oleh perdamaian, cinta dan pemikiran anti-perang. Pada waktu itu contohnya saja band bernama Velvet Underground. Mereka menciptakan musik dengan tidak menggunakan standart parameter kebanyakan orang pada jamannya. Selain itu pada awal tahun 60an, Elvis Preasley berhasil menggemparkan dunia musik. Elvis sukses merubah paradigma bermusik di Amerika. Pada jaman itu juga, lorong-lorong bawah tanah stasiun kereta (subway) disulap menjadi panggung-panggung pertunjukan oleh para seniman-seniman di Paris, Perancis. Para seniman itu mencoba mendekatkan diri langsung dengan massa, menentang pola berkesenian elitis ala seniman mainstream. Bahkan puisi, teater, musik dan produk kesenian lainnya pada massa itu, sarat dengan nuansa kritis. Semangat independent inilah yang harus selalu dibawa, agar musisi tidak lagi tergantung pada penguasaan industri dalam bentuk label atau menejemen artis ternama saja. Musisi seharusnya meimiliki kesempatan untuk didengar oleh khalayak, dinilai dengan objektif. Bila memang akses menuju ruang media mainstream seperti TV dan Radio masih susah untuk ditempuh, setidaknya musisi dapat memanfaatkan gelombang digital musik sebagai jalannya. Digitalisasi musik tidak akan menjadi petaka yang menghambat laju karir ,namun justru sebuah kesempatan emas untuk dapat melakukan berbagai strategi baru.

Pemusik indie memiliki media independen

Menjadi independen adalah sebuah pilihan tepat untuk memulai karir dibidang musik pada era yang modern ini. Dengan perkembangan teknologi informasi yang kian pesat, ada beragam strategi yang bisa ditempuh untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang produk musik yang ingin diperkenalkan. Memiliki media untuk menunjukan karya pribadi adalah salah satu perwujudan sikap musisi yang Independent.
Sejauh ini kita telah mengenal beragam situs-situs online untuk musik. Bila berbicara tentang musik, situs yang paling familiar untuk memutarkan video musik adalah melalui Youtube dan Myspace. Youtube sifatnya lebih umum karena ragam video yang tersedia sngat luas tidak melulu musik, beberapa wawancara dengan tokoh musik juga tersedia disana, kemudian aksesnya untuk mengunggah video sangat mudah dan namanya sudah sangat popular. Myspacemerupakan situs yang kontennya telah dikenal memiliki orientasi kepada musik. Setiap orang dapat membuat sebuah akun pribadi. Didalamnya pemilik akun dapat mengunggah video, foto, lagu, tulisan, dan sebuah kelebihan lainya yaitu tampilan akun tersebut juga dapat dikemas sesuai dengan keinginan pemiliknya. Setiap orang juga dapat berjejaring melalui Myspace. Untuk mengunduh suatu lagu, Pure Volume dan 4shared menjadi aplikasi yang banyak diakses karena kemudahannya.
Pada dasarnya masih ada beragam cara lain untuk membagi informasi tentang musik. Facebook adalah social media platform yang kini telah memiliki jutaan pengguna, bahkan Indonesia telah mencapai peringkat pengguna terbesar ke tujuh didunia. Twitter juga mengalami peningkatan hingga menempatkan posisi Indonesia sebagai pengguna terbesar di Asia. Situs pertemanan ini menjangkau setiap orang secara personal, sehingga dengan berteman dengan banyak pihak musik yang dibuat dapat menjaring penggemarnya.Melalui media yang begitu bebas menyediakan dirinya untuk diapat dimiliki seorang pemilik akun, seharusnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memerkenalkan diri ke khalayak. Memberi kesempatan kepada khalayak untuk menilai sendiri tentang musik yang disuguhkan. Bukan tidak mungkin sesuatu yang terlihat minor mampu mengubah paradigma mayor. Pada dasarnya musisi berhak memiliki kesempatan untuk menunjukan diri dan dinilai oleh masyarakat. Mengenai hasil penilaian tentu khalayak yang akan menentukan. Hasil penilaian tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana kreatifitas musisi untuk menarik perhatian masyarakat sehingga bila produk musik yang dihasilkan bagus dapat diminati oleh khakayak.

Bagaimana bisa menarik perhatian?
Memang tidak mudah untuk menjadi pusat perhatian diantara ratusan bahkan ribuan akun di jejaring social media, namun kesempatan itu selalu ada, karena disini musisi tidak lagi berhadapan dengan pemodal atau pemilik media yang dapat mengekang dan mengatur secara ketat penggunannya seperti media mainstream Televisi misalnya. Maka dari itu langkah-langkah strategis harus dipersiapkan secara matang agar dapat selalu pro aktif terhadap situasi. Kita bisamengambil contoh dari strategi promosi Lady Gaga. Seorang Lady Gaga kini mampu bersinar di industri musik dunia. Lady Gaga juga menggunakan situs-situs jejaring social yang sama seperti yang digunakan kebanyakan orang. Melalui twitter dia dengan rajin akan menyapa penggemarnya, bahkan dia juga memberi kesempatan penggemarnya untuk mengunggah semua video pertunjukan yang diambil secara pribadi saat Lady Gaga beraksi.

Menjadi unik melalui media yang unik

“The Medium Isn’t The Message” adalah sebuah statement dari presentasi yang diungkapan oleh Rob Alyn dalam pertemuan Asia Pacifik Media Forum di Bali Indonesia. Lalu, “The King Is The Content” kemudian ia menambahkan pada kalimat selanjutnya. Jadi, adalah sebuah keuntungan ketika kita dapat menggunakan sebuah media komunikasi yang unik, namun yang lebih penting perlunya konten yang tetap menjadi utama dalam sgala aspek strategi komunikasi. Seorang Lady Gaga mampu menunjukan dirinya yang beropini. “There’s nobody like me, and there never was” adalah sebuah kalimat pembuka diawal tulisannya. Menjadi menarik ketika figur yang menyanyikan lagu juga sangat memahami makna dari lirik-liriknya dan memiliki sudut pandang pemikiran yang juga berpengaruh . “Some women choose to follow men, and some women choose to follow their dreams. If you’rewondering which way to go, remember that your career will never wake up and tell you that it doesn’t love you anymore. — Lady Gaga.
Ketika produk dari musik itu sendiri sudah memiliki keunikan, maka strategi promosi secara online dapat dilakukan dengan menarik. Contohnya saja audrey dan gamaliel dari Indonesia, karena suaranya yang bagus telah terdengar oleh ratusan ribu penonton di youtube, kini mereka telah memperoleh popularitasnya. Mereka mengunggah sendiri berbagai versi video. Contoh lainya adalah Justin Beiber yang meroket berkat video yang diunggah oleh ibunya di Youtube. Tentu dengan berbagai gimik menarik, audience akan secara otomatis juga akan membagi informasi pada orang lain, sehingga semakin banyak orang yang mempunyai kesempatan untuk mendengar lagu ini.

Bermain melalui viral

Viral marketing is the Internet version of word-of-mouth marketing, that involves creating an E-Mail message or other marketing event that is so infectious that customers will want to pass it along to their friend.
Armstrong and Kotler (2004:90)
Viral marketing dalam komunikasi online dapat tercipta dengan adanya gimik yang menarik, seperti pancingan video lucu atau gambar-gambar yang kontroversial. Biasanya setelah diunggah melalui social media akan menimbulkan suatu efek yang cepat, karena akses online memiliki perubahan yang sangat cepat perdetiknya. Sehingga bila isu yang dikeluarkan memang menarik, maka posting mengenai bahasan serupa akan muncul bertubi-tubi. Bila hal ini terjadi tentu sangat membantu dalam promosi musik. Namun dalam mengemas viral tentunya harus tetap disesuaikan dengan karakteristik yang ingin ditampilkan. Selain itu kemasan viral sebaiknya dibuat tidak hanya sekedar meniru apa yang sudah ada, hal ini demi menghindari kebosanan. Perlunya memahami target audiens dan adanya kepekaan terhadap kehidupan sosial dapat membantu arahan pesan yang positif .

Berinteraksi dengan penggemar

Berangkat dari media independen, penambahan penggemar banyak ditentukan oleh interaksi musisi terhadap audiensnya. Dalam kasus pengembangan musik yang memang beranjak dari nol, musisi memang harus intens berkomunikasi dengan target audiensnya.
Segala sikap yang ditunjukan dalam Media Independen harus dibarengi tindakan nyata. Meski hanya beraksi disebuah panggung kecil setidaknya musisi indie mampu menjaring audiensnya. Bila kurang berhasil, maka pertunjukan itu bisa diabadikan untuk kemudian diunggah di youtube atau Myspace. Seandainya persiapan lebih matang bahkan mengunakan Ustream.com atraksi panggung itu bisa ditampilkan secara live dengan sistem TV streaming. Sehingga acara ini bisa dibuat seperti tampilan video layaknya acara TV, meski dengan output gambar yang sedikit lebih rendah kualitasnya.

Audiens menghargai sesuatu yang baru

Khalayak menyukai munculnya musisi independen. Apalagi bila musik yang disuguhkan mampu dijadikan sebagai pembanding musik-musik mainstream yang kini berkembang di Indonesia. Lalu kapankah musisi berhenti mengeluhkan ketidakadilan industri label dan juga peredaran musik dengan kualitas rendah. Melalui sebuah media pembanding yang Independen perubahan bisa diwujudkan. Hinga kelak, para musisi yang mengawali karirnya secara independen dapat memiliki bargain power terhadap industri. Apalagi saat penggemarnya sudah mencapai jumlah yang mampu membuat orang-orang besar di industri musik tercengang. Pada kesempatan itu musisi bisa saja meninggalkan sistem awal mula atau tetap konsisten dengan strategi independen. Akan tetapi, meski memutuskan bekerja sama dengan mayor label, musisi tetap memiliki kebebasan dalam menentukan musiknya, dan arah kariernya sendiri.



Juara 1 Essay di Pekan Komunikasi UI 2011


Daftar Pustaka



Kotler P & Armstrong G. (2004) “Principle of Marketing”, 10 edition/International Edition, Prentince Hall, New Jersey.

http://www.indieupdate.com/indie-music-blog/history-of-indie-music/

http://www.slideshare.net/jessedee/10-ways-to-be-a-marketing-genius-like-lady-gaga-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar