Rabu, 21 Maret 2012

Memantul

Itulah mengapa ketenangan bisa juga jadi masalah.
Mereka yang tertindas justru bergerak lebih cepat.
Disinilah takdir bola terjadi.
Semakin keras dilempar ke bawah
maka akan semakin tinggi memantulnya.

Selasa, 20 Maret 2012

Freelancer

Menapaki perkuliahan akhir,

kehidupan bergerombol sepertinya sudah selesai..

Di kampus fisip ini jelas gak ada yang garap skripsi

pake cara kerja kelompok.

Now, akhirnya kebanyakan aku sendirian..

Ngopi sendirian, ngetik sendirian,,

Dulu pas masi jaman kuliah, rasanya rada sebel didikte sama schedule

Ribet banget kalo musti ngatur waktu sama job,

sekarang pas udah dilepasin job-jobnya..

eh kok rasanya aneh ya,

buku organiser yang bisanya penuh jadi sepi…

Hey, tapi aku kan sekarang punya 24 jam kebebasan!

Mau ngapain juga boleh..

Mungkin ini yah yang diidampkan para pekerja kantoran yang banyak lembur…

Ya gak semua sih,

cuman buat mereka yang emang pengen berdiri sendiri,

yang pengen meredeka,

pasti seneng banget kalo waktu berada ditelapak tangannya…

wait, kemerdekaan??

gimana caranya biar merdeka ya?

gini sih, gimana caranya bisa memperjuangkan kemerdekaan

kalau misal yang bener dan salah aja masih bingung..

gimana bisa merdeka kalo misal memanage kemerdekaan aja gak bisa..

terus kalo udah dikasih mau ngapain?

aku sendiri selalu merasa bahwa puncak karier seseorang tu yaaa

pas dia udah bebas menentukan jalan

mungkin sebutanya freelancer,

nggak terikat waktu, nggak terikat kontrak,

tapi bukan tentang kebebasannya doang sih,

seenggaknya mereka bisa punya statement dalam menjalani kebebasannya

mereka bisa memilih project/pekerjaan yang menurut mereka worth it..

bukan stay dikantor buat ngerjain job paketan ampe lembur..

mereka punya selera dan aliran/genre sendiri…

dalam berkreatifitas..

tapi udah siapkah kita?

menanggung beban kemerdekaan itu?

mengatur banyak hal sendirian, mengenai jadwal, mengenai uang..

hari-hari skripsi aja udah lumyan bikin ribet..

mengaduk-aduk hati dan mood…

terus gimana kalo mau jadi freelancer? yang musti move on stiap hari…

atau emang jiwa kita ini masih seperti robot, yang perlu diatur disana-sini

yang tetep harus 9-5 hours office

yang gak bakal kerja kalo gak ada deadline..

yang harus bareng-bareng temen buat fight…

kita emang gak mungkin bisa hidup sendiri,

tapi memperjuangkan kemerdekaan diri emang gak gampang..

apalagi kalau kita masih belum kokoh…

belum bisa tanggung jawab ngebawa diri lebih usefull didalam kehidupan..

memanage kebebasan dengan baik..

dengan bukan sembarangan sibuk,

atau luntang-luntung…

bagaimanapun sistemnya (kantoran/freelancer)

kembali lagi ke diri sendiri…

sejauh mana kita perlu mendapatkan kemerdekaan..

sejauh mana kita memang mampu mempertanggung jawabkannya…

itsn’t easy.. just like doing “SKRIPSI”…

everyday ….

-ditulis pada masa-masa mengerjakan skripsi, lebih banyak tidak sibuk, tidak berkompetisi dengan orang lain, tapi berusaha menaklukan diri sendiri, mencoba membentuk ritme tanpa sistem kelompok-

why?

a Man must be strong,
a Man must be a hero,
I learn it because I'm a woman

And it'll be a mistake if i'm stronger.
And it'll be a mistake if they are not stronger.

that's sociecty..

Senin, 19 Maret 2012

The Independent Media for Indie Music

The New Independent Media for Indie Music Youth , Media and Parcipation
Oleh : Nindya Raras

Sebuah perubahan besar telah terjadi di industri musik dunia. Setelah teknologi mengubah lagu menjadi digital yaitu dari kaset menjadi CD, orang dengan bebas mengkopi lagu, mengunduh ataupun berbagi dengan menggunakan sistem bluetooth. Para musisi merasa fenomena yang terjadi ini adalah petaka bagi perkembangan kariernya. Banyaknya penurunan pembelian CD, dan menjamurnya produk bajakan membuat perusahaan label pun kini mengantisipasi dengan mengambil ceruk bisnis yang lebih luas, tidak hanya mengurusi rekaman, distribusi lagu dan promosi namun juga pendirian menejemen artis. Keuntungannya adalah tidak hanya diperoleh dari penjualan CD, namun juga melalui pertunjukan langsung di Televisi maupun pada acara-acara musik. Begitu banyak menejemen artis kini tumbuh di Indonesia, yang terikat dengan label, maupun yang berdiri sendiri, contohnya saja Republik Cinta Ahmad Dhani, Pangeran Cinta, oleh Charlie ST12 dan masih banyak lainnya. Berbekal pengalaman dan popularitas pendirinya, mereka mengorbitkan artis-artis baru. Seperti apa artis yang diorbitkan, itu kembali pada kebijakan perusahaan, berkaitan dengan perjanjian bisnis dan selera yang penilainnya dipegang oleh label atau menejemen artis tersebut.

Sebenarnya bahasan mengenai label yang dianggap melakukan hegemoni di industri musik sudah ada sejak dulu, hingga muncul sistem indie music atau musik independent yang tumbuh tidak melalui mayor label. Dalam bentukan indie, musisi tidak perlu harus lolos kualifikasi yang standartnya adalah penilaian pihak perusahaan label. Para indie memiliki komunitasnya sendiri yaitu penggemar aliran musik yang sama. Berbicara mengenai komunitas, hal inilah yang bisa dipetik dari keunggulan indie. Mereka memiliki komunitasnya sendiri. Lalu apakah digitalisasi musik mengancam mereka? Jawabanya adalah sebaliknya. Justru berbagi secara digital merupakan sistem yang memudahkan komunitas untuk lebih solid, lebih berinteraksi, bahkan memperluas jaringannya.

Sampai kapan harus menunggu?

Sering rasanya menjumpai seorang teman yang bercita-cita menjadi musisi sukses dan terkenal. Banyak dari mereka harus berkeliling mengirimkan demo ke mayor label dan berharap kelak diantara ratusan keping CD yang tertumpuk disana, karyanya bisa didengar oleh produser. Bila beruntung, produser akan jatuh hati pada karyanya, lalu mau melakukan proses rekaman dan mempromosikan untuk menjadi musisi profesional dan terkenal. Tentunya dengan berbagai perjanjian tertentu dalam hal pembagian hasil penjualan album CD. Cara yang lain adalah memiliki cukup modal, kemudian membayar label sebagai pihak untuk mendistribusikan demo lagu ke radio-radio. Sampai di radio, Music Director (Direktur Musik) akan memilih dan menentukan lagu manakah yang paling tepat untuk diputarkan. Seorang MD akan memilih lagu yang sesuai dengan segmentasi radio, selera pendengar dan juga beberapa pertimbangan khusus. Maka dari itu dalam tahapan ini ada kemungkinan demo lagu tersebut tidak jadi diputar, kecuali bila pihak label telah memiliki kerjasama khusus dengan radio, lagu akan diputar sebanyak perjanjian yang sudah ditetapkan. Jadi, ada biaya yang dikeluarkan oleh label demi diputarnya lagu di radio. Bila harus membayar tentu memerlukan biaya yang lebih besar untuk sistem titip edar. Lalu bila segala upaya yang dijalankan melalui “jalurnya” sudah tidak lagi memberikan peluang bagi musisi apalagi yang harus dilakukan? Sampai kapan menunggu jawaban?
Menggunakan semangat indie.
Menjadi independent adalah esensi dari pemberian nama indie kepada musisi atau band, atau musik itu sendiri.Pada mulanya, istilah musik independent atau yang dikenal sebagai musik indie digunakan untuk menggambarkan kemerdekaan musik dari mayor label. Kelompok ini sebagian besar otonom. Orang-orang dari kelas indie yang melakukan segala hal bagi dirinya sendiri. Contohnya dalam proses rekaman, publikasi dan pertunjukan. Kelompok indie biasanya tidak tertarik untuk meminta bantuan nama-nama besar dari industri musik.
Sejarah pergerakan musik indie terekam pada tahun-tahun 1960an. Formatnya Pop, Rock,dan sedikit R & B. Lirik dari lagu-lagu ini terinspirasi oleh perdamaian, cinta dan pemikiran anti-perang. Pada waktu itu contohnya saja band bernama Velvet Underground. Mereka menciptakan musik dengan tidak menggunakan standart parameter kebanyakan orang pada jamannya. Selain itu pada awal tahun 60an, Elvis Preasley berhasil menggemparkan dunia musik. Elvis sukses merubah paradigma bermusik di Amerika. Pada jaman itu juga, lorong-lorong bawah tanah stasiun kereta (subway) disulap menjadi panggung-panggung pertunjukan oleh para seniman-seniman di Paris, Perancis. Para seniman itu mencoba mendekatkan diri langsung dengan massa, menentang pola berkesenian elitis ala seniman mainstream. Bahkan puisi, teater, musik dan produk kesenian lainnya pada massa itu, sarat dengan nuansa kritis. Semangat independent inilah yang harus selalu dibawa, agar musisi tidak lagi tergantung pada penguasaan industri dalam bentuk label atau menejemen artis ternama saja. Musisi seharusnya meimiliki kesempatan untuk didengar oleh khalayak, dinilai dengan objektif. Bila memang akses menuju ruang media mainstream seperti TV dan Radio masih susah untuk ditempuh, setidaknya musisi dapat memanfaatkan gelombang digital musik sebagai jalannya. Digitalisasi musik tidak akan menjadi petaka yang menghambat laju karir ,namun justru sebuah kesempatan emas untuk dapat melakukan berbagai strategi baru.

Pemusik indie memiliki media independen

Menjadi independen adalah sebuah pilihan tepat untuk memulai karir dibidang musik pada era yang modern ini. Dengan perkembangan teknologi informasi yang kian pesat, ada beragam strategi yang bisa ditempuh untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang produk musik yang ingin diperkenalkan. Memiliki media untuk menunjukan karya pribadi adalah salah satu perwujudan sikap musisi yang Independent.
Sejauh ini kita telah mengenal beragam situs-situs online untuk musik. Bila berbicara tentang musik, situs yang paling familiar untuk memutarkan video musik adalah melalui Youtube dan Myspace. Youtube sifatnya lebih umum karena ragam video yang tersedia sngat luas tidak melulu musik, beberapa wawancara dengan tokoh musik juga tersedia disana, kemudian aksesnya untuk mengunggah video sangat mudah dan namanya sudah sangat popular. Myspacemerupakan situs yang kontennya telah dikenal memiliki orientasi kepada musik. Setiap orang dapat membuat sebuah akun pribadi. Didalamnya pemilik akun dapat mengunggah video, foto, lagu, tulisan, dan sebuah kelebihan lainya yaitu tampilan akun tersebut juga dapat dikemas sesuai dengan keinginan pemiliknya. Setiap orang juga dapat berjejaring melalui Myspace. Untuk mengunduh suatu lagu, Pure Volume dan 4shared menjadi aplikasi yang banyak diakses karena kemudahannya.
Pada dasarnya masih ada beragam cara lain untuk membagi informasi tentang musik. Facebook adalah social media platform yang kini telah memiliki jutaan pengguna, bahkan Indonesia telah mencapai peringkat pengguna terbesar ke tujuh didunia. Twitter juga mengalami peningkatan hingga menempatkan posisi Indonesia sebagai pengguna terbesar di Asia. Situs pertemanan ini menjangkau setiap orang secara personal, sehingga dengan berteman dengan banyak pihak musik yang dibuat dapat menjaring penggemarnya.Melalui media yang begitu bebas menyediakan dirinya untuk diapat dimiliki seorang pemilik akun, seharusnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memerkenalkan diri ke khalayak. Memberi kesempatan kepada khalayak untuk menilai sendiri tentang musik yang disuguhkan. Bukan tidak mungkin sesuatu yang terlihat minor mampu mengubah paradigma mayor. Pada dasarnya musisi berhak memiliki kesempatan untuk menunjukan diri dan dinilai oleh masyarakat. Mengenai hasil penilaian tentu khalayak yang akan menentukan. Hasil penilaian tersebut juga dipengaruhi oleh bagaimana kreatifitas musisi untuk menarik perhatian masyarakat sehingga bila produk musik yang dihasilkan bagus dapat diminati oleh khakayak.

Bagaimana bisa menarik perhatian?
Memang tidak mudah untuk menjadi pusat perhatian diantara ratusan bahkan ribuan akun di jejaring social media, namun kesempatan itu selalu ada, karena disini musisi tidak lagi berhadapan dengan pemodal atau pemilik media yang dapat mengekang dan mengatur secara ketat penggunannya seperti media mainstream Televisi misalnya. Maka dari itu langkah-langkah strategis harus dipersiapkan secara matang agar dapat selalu pro aktif terhadap situasi. Kita bisamengambil contoh dari strategi promosi Lady Gaga. Seorang Lady Gaga kini mampu bersinar di industri musik dunia. Lady Gaga juga menggunakan situs-situs jejaring social yang sama seperti yang digunakan kebanyakan orang. Melalui twitter dia dengan rajin akan menyapa penggemarnya, bahkan dia juga memberi kesempatan penggemarnya untuk mengunggah semua video pertunjukan yang diambil secara pribadi saat Lady Gaga beraksi.

Menjadi unik melalui media yang unik

“The Medium Isn’t The Message” adalah sebuah statement dari presentasi yang diungkapan oleh Rob Alyn dalam pertemuan Asia Pacifik Media Forum di Bali Indonesia. Lalu, “The King Is The Content” kemudian ia menambahkan pada kalimat selanjutnya. Jadi, adalah sebuah keuntungan ketika kita dapat menggunakan sebuah media komunikasi yang unik, namun yang lebih penting perlunya konten yang tetap menjadi utama dalam sgala aspek strategi komunikasi. Seorang Lady Gaga mampu menunjukan dirinya yang beropini. “There’s nobody like me, and there never was” adalah sebuah kalimat pembuka diawal tulisannya. Menjadi menarik ketika figur yang menyanyikan lagu juga sangat memahami makna dari lirik-liriknya dan memiliki sudut pandang pemikiran yang juga berpengaruh . “Some women choose to follow men, and some women choose to follow their dreams. If you’rewondering which way to go, remember that your career will never wake up and tell you that it doesn’t love you anymore. — Lady Gaga.
Ketika produk dari musik itu sendiri sudah memiliki keunikan, maka strategi promosi secara online dapat dilakukan dengan menarik. Contohnya saja audrey dan gamaliel dari Indonesia, karena suaranya yang bagus telah terdengar oleh ratusan ribu penonton di youtube, kini mereka telah memperoleh popularitasnya. Mereka mengunggah sendiri berbagai versi video. Contoh lainya adalah Justin Beiber yang meroket berkat video yang diunggah oleh ibunya di Youtube. Tentu dengan berbagai gimik menarik, audience akan secara otomatis juga akan membagi informasi pada orang lain, sehingga semakin banyak orang yang mempunyai kesempatan untuk mendengar lagu ini.

Bermain melalui viral

Viral marketing is the Internet version of word-of-mouth marketing, that involves creating an E-Mail message or other marketing event that is so infectious that customers will want to pass it along to their friend.
Armstrong and Kotler (2004:90)
Viral marketing dalam komunikasi online dapat tercipta dengan adanya gimik yang menarik, seperti pancingan video lucu atau gambar-gambar yang kontroversial. Biasanya setelah diunggah melalui social media akan menimbulkan suatu efek yang cepat, karena akses online memiliki perubahan yang sangat cepat perdetiknya. Sehingga bila isu yang dikeluarkan memang menarik, maka posting mengenai bahasan serupa akan muncul bertubi-tubi. Bila hal ini terjadi tentu sangat membantu dalam promosi musik. Namun dalam mengemas viral tentunya harus tetap disesuaikan dengan karakteristik yang ingin ditampilkan. Selain itu kemasan viral sebaiknya dibuat tidak hanya sekedar meniru apa yang sudah ada, hal ini demi menghindari kebosanan. Perlunya memahami target audiens dan adanya kepekaan terhadap kehidupan sosial dapat membantu arahan pesan yang positif .

Berinteraksi dengan penggemar

Berangkat dari media independen, penambahan penggemar banyak ditentukan oleh interaksi musisi terhadap audiensnya. Dalam kasus pengembangan musik yang memang beranjak dari nol, musisi memang harus intens berkomunikasi dengan target audiensnya.
Segala sikap yang ditunjukan dalam Media Independen harus dibarengi tindakan nyata. Meski hanya beraksi disebuah panggung kecil setidaknya musisi indie mampu menjaring audiensnya. Bila kurang berhasil, maka pertunjukan itu bisa diabadikan untuk kemudian diunggah di youtube atau Myspace. Seandainya persiapan lebih matang bahkan mengunakan Ustream.com atraksi panggung itu bisa ditampilkan secara live dengan sistem TV streaming. Sehingga acara ini bisa dibuat seperti tampilan video layaknya acara TV, meski dengan output gambar yang sedikit lebih rendah kualitasnya.

Audiens menghargai sesuatu yang baru

Khalayak menyukai munculnya musisi independen. Apalagi bila musik yang disuguhkan mampu dijadikan sebagai pembanding musik-musik mainstream yang kini berkembang di Indonesia. Lalu kapankah musisi berhenti mengeluhkan ketidakadilan industri label dan juga peredaran musik dengan kualitas rendah. Melalui sebuah media pembanding yang Independen perubahan bisa diwujudkan. Hinga kelak, para musisi yang mengawali karirnya secara independen dapat memiliki bargain power terhadap industri. Apalagi saat penggemarnya sudah mencapai jumlah yang mampu membuat orang-orang besar di industri musik tercengang. Pada kesempatan itu musisi bisa saja meninggalkan sistem awal mula atau tetap konsisten dengan strategi independen. Akan tetapi, meski memutuskan bekerja sama dengan mayor label, musisi tetap memiliki kebebasan dalam menentukan musiknya, dan arah kariernya sendiri.



Juara 1 Essay di Pekan Komunikasi UI 2011


Daftar Pustaka



Kotler P & Armstrong G. (2004) “Principle of Marketing”, 10 edition/International Edition, Prentince Hall, New Jersey.

http://www.indieupdate.com/indie-music-blog/history-of-indie-music/

http://www.slideshare.net/jessedee/10-ways-to-be-a-marketing-genius-like-lady-gaga-

I’am Woman -Helen Reddy-

I am woman, hear me roar
In numbers too big to ignore
And I know too much to go back an’ pretend
’cause I’ve heard it all before
And I’ve been down there on the floor
No one’s ever gonna keep me down again

CHORUS
Oh yes I am wise
But it’s wisdom born of pain
Yes, I’ve paid the price
But look how much I gained
If I have to, I can do anything
I am strong (strong)
I am invincible (invincible)
I am woman

You can bend but never break me
’cause it only serves to make me
More determined to achieve my final goal
And I come back even stronger
Not a novice any longer
’cause you’ve deepened the conviction in my soul

CHORUS

I am woman watch me grow
See me standing toe to toe
As I spread my lovin’ arms across the land
But I’m still an embryo
With a long long way to go
Until I make my brother understand

Oh yes I am wise
But it’s wisdom born of pain
Yes, I’ve paid the price
But look how much I gained
If I have to I can face anything
I am strong (strong)
I am invincible (invincible)
I am woman
Oh, I am woman
I am invincible
I am strong

FADE
I am woman
I am invincible
I am strong
I am woman

Be totally crazy , there’s no halfway…




kenapa sih harus kuliah?

kenapa sih gak bisa kuliah?

kenapa sih harus ngantor?

kenapa sih nggak punya kantor?

kalo misal dipikirin

bakalan ada 1001 “kenapa” lagi

sejauh ini buat aku sih,

just enjoy the show..

ther’re also 1001 tricks if we aware them

be tottaly crazy to face it..

be yourself…

Jumat, 16 Maret 2012

BUKAN IKLAN





Aku kan temenan sama banyak orang.
Ada yang basicly concern di perfilman
Ada yang designer , arsitek, guru
Ada yang artis tatto, ada yang akuntan
Sebagian dokter, kebanyakan orang iklan.
Untuk beberapa teman menganggap kalau
iklan adalah video tv…
aku kalau lg gak ribet mau-mau aja ngejelasin
kalo periklanan bukan cuman ttg bikin video pendek (TVC)
ya, semuanya persoalan branding, ttg bagian dari marketing
juga tentang promotion,
terus kalo pas lagi males, aku diemin aja
orang mau ngomong apaan…
sampe akhirnya
mungkin aku lebih nyaman disebut orang komunikasi.
talking in everyway…every medium…
Kalo emang keperluannya pake twitter yaa
gak perlu bikin iklan TV,
kalo mau ngomong sama masyarakat pedesaan
ya gak mungkin pake twitter…
kalo musti ngomong lewat wayangan ya bisa juga…
gitu aja sih….

KOLAMNYA NGGAK KECIL



Waktu itu pas stadium general di kampus,

alih-alih merasa kreatif yaudah aku milih jurusan advertising.

sebagian mahasiswa kusak-kusuk bilang “duh tapi aku ga bisa gambar”

sebagian lagi bilang “aku ga bisa potosop”

pas waktu itu dibenak kita emang mikirnya kalo mau masuk

jurusan advertising tu ya harus 80 persen seniman lah..

yang autis gila, punya dunia sendiri, kerja ya sesuai sama mood.

di meja kerjanya banyak gambar-gambar keren

ato pasti koleksinya boneka karakter yang harganya mahal-mahal..

seiring waktu berlalu, waktu itu aku sadar..

etpertising ini kolamnya kecil (seenggaknya gitu, kata mas2

yang biasa bikin festifal iklan).

karena di industri ini circlenya ya itu-itu doang…

“Jadi gini ya adek2! festifal iklan “anu” adalah pintu kecil yang membukakan

pintu yang lebih besar”

ato kalo yang lebih heroik lagi bilang :

“bahkan kalo perlu jual keperjakaan demi entry sebuah festifal “anu”

karena ini keempatan yang gak dateng dua kali…”

awesome banget gak sih…

waktu itu aku pun mikir

aku butuh link disini dan aku ga bisa gambar, desein dll,

lalu jadilah aku AE (account executive)

Senyum sana-sini dapet kenalan bos-bos iklan

yah jadi volunteer festipal ga dibayar gapapa yang penting eksis

lama-lama kok bete juga abisnya gak ada AE Award sih..

yang dihargain cuman orang-orang divisi “creative” doang..

dan dengan label AE kok kayaknya pendapatku

jadi second oppinion diantara komunitas kuh…

Yudah kepaksa deh ikut award2an

pertamanya si cuman buat ngebuktiin

kalo misalnya aku juga bisa tuh naik panggung mesam-mesem

seenggaknya abis itu pendapatku juga bisa lebih didenger

lalu “eh kebetulan kali yaa

akhirnya menang di beberapa festipal terus jalan-jalan

dibayarin sama kampus buat join acara pestipal2 iklan itu,

trus diselametin temen-temen kampus kalok menang..

trus dapet piala, ato cuman dapet sertipikat..

ya ya yaa.. gitu de…

sampai waktu berjalan

dan aku banyak ngelamun…

jadi gini deehhh…

jadi kalo dunia periklanan itu kolamnya nggak kecil

karena ada ribuan mungkin puluhan ribu orang

yang kepengen join di industri ini

lalu kolam kecil itu siapa sih yang bikin?

mereka sendiri kok yang bikin

para bos2 periklanan dan orang-orang di pestipal iklan

dan mereka bikin kolam itu jadi sempit,

karena cuman orang itu-itu aja yang bisa nongol di panggung awarding nite

membawa sebuah karya keren atau justru scam…

(karya yang sifatnya cenderung masturbasi)

tolak ukur yang dibikin juri…

trus kita liat deh, anak-anak yang juga sedang merangkak menuju industri ini

dari sebuah universitas yang dosennya kadang kasi materi gak jelas

gak update, dan miskin fasilitas,

yang gak punya kesempatan buat nongkrong

sama orang-orang beken industri di cafe mahal ,

yang gak eksis yang gak menang lomba iklan

yang gak punya mac book, gak pake bebe…

ternyata aku baru sadar investasi di industri ini emang gak dikit..

buat dapetin piala-piala itu, buat nyari relasi disana-sini

buat dateng disetiap aksi sosial trus poto-poto (pake instagram dan ditweet)…

untuk menggalang followers…

seandainya aku balik lagi

di stadium general pemilihan jurusan waktu itu..

aku bakal ngobrolin lebih lanjut sama temen-temen

dan khususnya aku sendiri,

tentang memikirkan kolam yang luas,

tentang cara mengarunginya yang benar,

tentang tolak ukur yang mungkin bisa kita perjuangkan sendiri

tentang banyak hal yang telihat mewah dan digandrungi…

dan mungkin seengkaknya terkadang kita bisa benar-benar pakek hati

dan mengayuh harapan dengan merdeka

disebuah ‘bahkan lautan bukan cuman kolam,

dengan benar2 “creative”…

karena aturan adalah buatan manusia

dan setiap manusia memiliki kesempatan

meski dengan perjuangan yang berbeda-beda.

dengan caranya sendiri…